SEJARAH
TURUNNYA AL-QUR’AN
Disusun
oleh
ABDURAHMAN
PRODI
PENDIDIKAN ISLAM
KONSENTRASI
TEKNOLOGI PENDIDIKAN ISLAM
MAHASISWA
PROGRAM PASCASARJANA
IAIN
STS JAMBI
TAHUN
2012
A. Pengertian dan Waktu Turunnya al-Qur’an
1. Pengertian Turunnya al-Qur’an
Turunnya Al-Qur’an ialah peristiwa
besar yang sekaligus merupakan pernyataan kedudukan Al-Qur’an itu sendiri bagi
langit dan penghuni bumi yang mana penyampaian wahyu dengan perantara Malaikat
Jibril as. Kepada Nabi akhir zaman berdasarkan peristiwa-peristiwa dan
kejadian-kejadian.
2. Waktu Turunnya al-Qur’an
Turunnya Al-Qur’an yang pertama kali
pada malam lailatul qodar merupakan pemberitahuan kepada alam tingkat tinggi
(samawi) yang dihuni oleh para malaikat tentang kemuliaan umat nabi Muhammad,
sedangkan turunnya Al-Qur’an yang kedua kali secara bertahap berbeda dengan
kitab-kitab yang turun sebelumnya.
a. Turunnya Al-Qur’an sekaligus
Allah
berfirman dalam Al-Qur’an:
شهر رمضان الذى أنزل فيه القرآن هدى
للناس وبينات من الهدى والفرقان (البقرة: 185)
“Bulan ramadhan: bulan yang di
dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dan
yang bathil” (QS. Al-Baqarah: 185).
Ayat di atas menyatakan bahwa Al-Qur’an turun pada bulan
ramadhan yang di dalamnya terdapat malam yang penuh dengan berkah dan malam
yang mulia dari seribu ulan yakni lailatul qodar. Tapi secara dhohir ayat
tersebut bertentangan dengan kejadian nyata dalam kehidupan Rasulullah Saw.,
yang mana Al-Qur’an turun kepada beliau selama 23 tahun. Dalam hal ini para
ulama’ mempunyai 3 madzhab antara lain :
Madzhab pertama: Pendapat ibnu Abbas dan sejumlah ulama’ serta yang
dijadikan pegangan oleh umumnya ulama’ bahwa turunnya Al-Qur’an sekaligus ke
baitul izzah di langit dunia pada malam lailatul qodar. Kemudian setelah itu
Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw., selama 23 tahun sesuai dengan
peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian sejak beliau diutus hingga wafat.
فصل القرآن من الذكر فوضع في بيت العزة
فجعل جبريل ينزل به صلى الله عليه وسلم.
“Al-Qur’an itu dipisahkan dari Ad-Dzikr
lalu diletakkan di baitul izzah di langit dunia, maka Jibril mulai
menurunkannya kepada nabi Muhammad Saw”.
Madzhab kedua: Yaitu ayng diriwayatkan oleh Asy-Sya’bu bahwa permulaan
turunnya Al-Qur’an dimulai pada malam lailatul qodar di bulan ramadhan.
Kemudian diturunkan secara bertahap sesuai dengan kejadian-kejadian dan
peristiwa-peristiwa selama kurang lebih 23 tahun.
وقال الذين كفروا لو لا نزل عليه القرآن
جملة واحدة كذلك لنثبت به فؤادك ورتلناه ترتيلا ولا يأتونك بمثل إلا جئناك بالحق
وأحسن تفسيرا (الفرقان: 32-33)
“Dan
berkatalah orang-orang kafir mengapa Al-Qur’an tidak diturunkan kepadanya
sekali turun saja? Demikian supaya kami perkuat hatimu dengannya dan kami
membacakannya kelompok demi kelompok. Tidaklah orang-orang kafir itu datang
kepadamu membawa sesuatu yang ganjil melainkan kami datangkan kepadamu sesuatu
yang benar dan yang paling baik penjelasannya” (QS. Al-Furqan: 32-33).
Madzhab ketiga: Berpendapat bahwa Al-Qur’an
diturunkan ke langit dunia selama 23 tahun malam lailatul qodar yang pada
setiap malamnya selama malam-malam lailatul qodar itu ditentukan Allah untuk
ditentukan pada setiap tahunnya dan jumlah wahyu yang diturunkan ke langit
dunia di malam lailatul qodar kemudian diturunkan secara berangsur-angsur pada
rasulullah sepanjang tahun.
b. Turunnya al-Qur’an secara berangsur
“Dan Al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta
alam. Dia dibawa turun oleh ar-rohul amin (jibril) ke dalam hatimu (Muhammad)
agar kamu menjadi salah seorang diantara orang-orang yang memberi peringatan
dengan bahasa arab yang jelas”.
وقرآنا فرقناه لتقرأه على الناس على مكث
ونزلناه تنزيلا (الإسراء: 106).
“Dan Al-Qur’an itu telah kami
turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada
manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian” (QS. AL-Isra’: 106)
Al-Qur’an diturunkan secara
berangsur-angsur berupa beberapa ayat dan sebuah surat atau berupa surat yang
pendfek secara lengkap dan penyampaian Al-Qur’an secara keseluruhan memakan
waktu kurang lebih 23 tahun yakni 13 tahun waktu Nabi masih tinggal di Makkah
sebelum hijrah dan 10 tahun waktu Nabi sesudah hijrah ke Madinah.
Al-Qur'an
diturunkan dalam 2 periode;
a. Periode Mekah, yaitu saat
Nabi SAW bermukim di Mekah (610-622 M) sampai Nabi SAW melakukan hijrah.
Ayat-ayat yang diturunkan pada masa itu disebut ayat-ayat Makkiyah, yang
berjumlah 4.726 ayat, meliputi 89 surat.
b.
Periode Madinah, yaitu masa setelah Nabi SAW hijrah ke Madinah (622-632
M). Ayat-ayat yang turun dalam periode ini dinamakan ayat-ayat Madaniyyah,
meliputi 1.510 ayat dan mencakup 25 surat.
B. Pemeliharaan al-Qur’an pada era Rasul dan Khulafa’
al-rasyidin
1. Pemeliharaan Al Qur’an Di masa Nabi
Muhammad saw
Realitas penghimpunan Al-Quran pada masa nabi dapat
dijelaskan dengan point-point sebagai berikut :
a.
Pengumpulan Al-Quran dalam
Penghafalan di masa Nabi.
Para sahabat telah dikenal
dengan kecintaan mereka dan semangat mereka dalam menghafal Al-Quran. Dalam
kitab sahihnya Bukhari telah mengemukakan adanya tujuh huffadzh di masa
sahabat, melalui tiga riwayat. Mereka adalah:
-
Abdullah bin Mas'ud,
- Salim bin Ma'qal bekas budak Abu Huzaifah,
- Muaz bin Jabal,
- Ubai bin Kaab,
- Zaid bin Sabit,
- Abu Zaid bin Sakan dan Abu Darda'.
- Salim bin Ma'qal bekas budak Abu Huzaifah,
- Muaz bin Jabal,
- Ubai bin Kaab,
- Zaid bin Sabit,
- Abu Zaid bin Sakan dan Abu Darda'.
b. Pengumpulan Qur'an dalam Arti
Penulisannya pada Masa Nabi
Beberapa penjelasan terkait penulisan al-Quran dimasa nabi sebagai berikut
1) Rasulullah meminta beberapa sahabat untuk menuliskan wahyu
Beberapa penjelasan terkait penulisan al-Quran dimasa nabi sebagai berikut
1) Rasulullah meminta beberapa sahabat untuk menuliskan wahyu
Rasullullah telah mengangkat para
penulis wahyu Qur'an dari sahabat-sahabat terkemuka, seperti Ali, Muawiyah,
'Ubai bin K'ab dan Zaid bin Sabit, bila ayat turun ia memerintahkan mereka
menulisnya dan menunjukkan tempat ayat tersebut dalam surah, sehingga penulisan
pada lembar itu membantu penghafalan di dalam hati.
2)
Beberapa sahabat berinisiatif menuliskan secara sendiri-sendiri.
Sebagian
sahabat menuliskan Qur'an yang turun itu atas kemauan mereka sendiri, tanpa
diperintah oleh nabi; mereka menuliskannya pada pelepah kurma , lempengan batu,
daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang.
Zaid bin Sabit mengatakan : " Kami menyusun Qur'an dihadapan Rasulullah
pada kulit binatang "
3)
Para sahabat senantiasa menyodorkan Qur'an kepada Rasulullah baik dalam
bentuk hafalan maupun tulisan,
Kenapa al-qur'an tidak dibukukan dalam satu mushhaf (pada masa nabi) ?
Ada beberapa jawaban yang bisa menjelaskan pertanyaan diatas, diantaranya sebagai berikut, sebagaimana disebutkan oleh Muhammad Ali Ash-Shobuni dalam At-Tibyan fii Ulumul Qur'annya.
1)
Al-Qur'an diturunkan tidak
sekaligus, tetapi berangsur-angsur dan terpisah-pisah. Tidaklah mungkin untuk
membukukannya sebelum secara keseluruhannya selesai.
2) Sebagian ayat ada yang dimansukh.
Bila turun ayat yang menyatakan nasakh, maka bagaimana mungkin bisa dibukukan
datam satu buku.
3) Susunan ayat
dan surat tidaklah berdasarkan urutan turunnya. Sebagian ayat ada
yang turunnya pada saat terakhir wahyu tetapi urutannya ditempatkan pada awal
surat. Yang demikian tentunya menghendaki perubahan susunan tulisan.
4) Masa turunnya wahyu terakhir dengan
wafatnya Rasululah SAW adalah sangat pendek/dekat.Kemudian Rasulullah SAW
berpulang ke rahmatullah setelah sembilan hari dari turunnya ayat tersebut.
Dengan demikian masanya sangat relative singkat, yang tidak memungkinkan untuk
menyusun atau membukukannya sebelum sempurna turunnya wahyu.
5) Belum ada motifasi/ alasan yang
mendorong untuk mengumpulkan Al-Qur'an menjadi satu mushhaf sebagaimana yang
timbul pada masa Abu Bakar. Orang-orang Islam ada dalam keadaan baik, ahli baca
qur'an begitu banyak, fitnah-fitnah dapat diatasi. Berbeda pada masa Abu Bakar
dimana gejala-gejala telah ada; banyaknya yang gugur, sehingga khawatir kalau
Al-Qur'an akan lenyap.
2. Pemeliharaan Al Qur’an Di masa Abu
Bakar Ra
Pada waktu Abu Bakar menjadi khalifah, banyak orang pada
murtad sehingga Abu Bakar memerangi mereka. Perang Yamamah (12 H) menyebabkan
70 para sahabat penghafal Al-Quran gugur mati syahid. Umar bin Khatab kawatir ,
kalau-kalau peperangan di tempat lain akan membunuh banyak penghafal Al-Quran
sehingga Al-Quran akan hilang dan musnah. Maka akhirnya Umar mengusulkan dan
membujuk Abu Bakar supaya Al-Quran mengumpulkan dan membukukan Al-Quran.
Kemudian Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mengingat kedudukannya
dalam qiraat, penulisan, pemahaman dan kecerdasannya serta kehadirannya pada
pembacaan terakhir kali.
Zaid bin Tsabit mulai bekerja dengan bersandar pada hafalan
para sahabat dan catatan para sahabat. Kemudian lembaran-lembaran (mushaf) itu
di simpan di tangan Abu Bakar sampai wafat 13 H. lalu mushaf berpindah ketangan
Umar bin Khatab sampai belia wafat. Lalu mushaf berpindah ketangan Hafsah binti
Umar. Pada waktu Utsman menjadi khalifah mushaf di minta Utsman.
Ciri-ciri penulisan Al-Quran pada masa Abu Bakar yaitu :
a.
Seluruh ayat Al-Quran dikumpulkan
dan ditulis dalam satu mushaf berdasarkan penelitian yang cermat dan seksama.
b. Ayat-ayat yang telah
mansukh/dinasakh tidak ada.
c. Seluruh ayat Al-Quran yang ditulis
diakui ke mutawatirannya
C. Pemeliharaan al-Qur’an di era Utsman Bin Affan dan penetapan
Mushaf Standar Usmani
Pada waktu Utsman berkuasa, para sahabat penghafal Quran
hidup berpencar, karena daerah Islam semakin luas. Penduduk Syam berguru
membaca Al-Quran dengan qiraat Ubay bin Ka’ab. Penduduk Kufah berguru membaca
Al-Quran dengan qiraat Abdullah bin Mas’ud dan penduduk Basra berguru
membaca Al-Quran dengan qiraat Abu Musa Al-Asy’ari dll.
Khalifah Utsman kawatir dengan melihat keadaan seperti
diatas, lalu para sahabat dipanggil semua dan Utsman mengutarakan maksudnya,
yaitu bagaimana jalan keluarnya untuk mengatasi masalah yang cukup serius itu.
Hasil kesepakatannya adalah mushaf yang ditulis pada masa Abu Bakar disalin
kembali menjadi beberapa mushaf dan dikirim kebeberapa daerah. Dan dibentuklah
tim yang terdiri dari Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin Ash, dan
Abdullah bin Harits bin Hisyam.
Utsman minta mushaf yang disimpan Siti Hafsah diserahkan
kepadanya lalu mushaf diserahkan kepada tim untuk disalin kembali dan setelah
selesai dikembalikan ke Siti Hafsah kembali. Setelah mushaf hasil kerja tim
selesai maka diperbanyak dan dikirim ke berbagai daerah. Mushaf-mushaf lain ada
pada waktu itu supaya dibakar. Penulisan mushaf kembali pada masa Khalifah
Utsman telah menjadi rujukan umat Islam dan menghilangkan perselisihan serta perpecahan
di antara mereka waktu itu.
Ciri-ciri mushaf pada khalifah Utsman bin Affan yaitu :
1.
Semua ayat Al-Quran berdasarkan
riwayat yang mutawatir.
2.
Ayat-ayat yang dimansukh/dinasakh
tidak ada.
3. Surah-surah atau ayat-ayatnya
ditulis dengan tertib sebagaimana Al-Quran yang berada ditangan umat Islam
sekarang ini.
4.
Pendapat sahabat nabi sebagai
penjelasan ayat tidak ditulis.
5. Mushaf yang ditulis mencakup tujuh
huruf dimana Al-Quran diturunkan.
Mushaf yang ditulis pada masa Utsman tidak memiliki
berharakat dan tanda titik. Setelah umat Islam bertambah banyak mereka
kesulitan dalam membaca. Maka pada masa Khalifah ‘Abdul Malik (685-705)
dilakukan penyempurnaan. Dua orang yang berjasa adalah ‘Ubaidillah bin Ziyad (w
67H) dan Hajaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi (w 95h). Penyempurnaan dilakukan secara
bertahap sampai abad 3 H (akhir abad 9 M). ada tiga orang yang disebut-sebut
sebagai pemberi tanda titik pada mushaf Utsman, yaitu Abu Al-Aswad Ad-Du’ali,
Yahya bin Ya’mar (45-129 H) dan Nashr bin ‘Ashim Al-Laits (w 89 H). Yang
meletakkan hamzah, tasydid, ar-raum dan Al-isymam adalah Al-Khalil bin Ahmad
Al-Farabi Al-Azdi.
Khalifah Al-Walid (86-96 H) memerintahkan Khalid bin Abi
Al-Hyyaj untuk menulis mushaf Al-Quran. Tahun 1530 M pertama kali Al-Quran
dicetak di Bunduqiyah, ketika dikeluarkan, penguasa gereja memerintahkan supaya
Al-Quran dimusnahkan.
Kemudian
dicetak kembali :
1. Tahun 1694 M dicetak kembali
oleh orang Jerman bernama Hinkelman di Hamburgh (Jerman).
2. Tahun 1698 dicetak oleh Marracci di
Padoue.
3.
Tahun 1787 dicetak dengan label
Islam oleh Maulaya ‘Utsman di Sain Petesbourg Uni Soviet
(Rusia).
4.
Tahun 1248H / 1828 M dicetak
di Teheran Iran.
5.
Tahun 1833 dicetak di Tabris.
6.
Tahun 1834 di cetak di Leipzig
Jerman.
7. Tahun 132 H / 1923 M di Negara
Arab, Raja Fuad dari Mesir membentuk panitia
khusus yang dipelopori para Syeikh Al-Azhar untuk penerbitan
Al-Quran. Mushaf yang pertama terbit di Negara Arab ini sesuai dengan riwayat
Hafsah atas qiraat ‘Ashim . setelah itu Al-Quran banyak dicetak di
negara-negara lain.
Pada masa sekarang, pengawasan ada
di bawah lajnah pentashih Qur’an di bawah DepartemenAgama RI. Di negara
negara Islam pun terdapat badan yang serupa. Berkat kemajuan tehnologi umat
Muslim telah diuntungkan -khususnya dalam masalah Qur’an-. Kini umat Muslim
bisa mendengarkan alunan ayat-ayat al-Qur’an dari manapun di penjuru dunia
tanpa merasa asing akan bacaan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar